Laman

Kamis, 06 Februari 2020

Cemal-Cemil dari Hutan


Pangan merupakan salah satu kebutuhan yang fundamental bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya. Pangan dapat berupa produk nabati maupun hewani, Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah pernah meraih predikat negara swasembada pangan pada tahun 1984 oleh FAO. Tidak dapat dipungkiri kalau hutan adalah sumber pangan bagi kita. Di hutan banyak sekali tersimpan kekayaan hayati yang dapat dijadikan sumber makanan. Sumber pangan yang berasal dari hutan dapat berupa tanaman palawija, madu, buah-buahan dan lain sebagainya. Sebagai negara yang menyandang predikat paru-paru dunia karena hutan di Indonesia luas, kita turut bangga.


Hasil dari hutan dapat diolah menjadi berbagai macam makanan baik menjadi makanan pokok atau sekadar makanan ringan. Walaupun banyak sekali makanan kreasi yang muncul akhir-akhir ini, timus tetap menjadi makanan kesukaan saya. Timus merupakan makanan tradisional yang berbahan baku singkong. Di zaman sekarang, timus cukup sulit untuk ditemui di toko-toko kue maka dari itu apabila kalian ingin mencobanya maka kalian harus membuat sendiri tetapi jangan jhawatir karena proses membuatnya sangat mudah. Timus sendiri mempunyai nama yang berbeda-beda di tiap daerah, contohnya saja di daerah Jawa, timus dikenal dengan nama lemet. Bahan-bahan membuat timus dapat ditemukan di hutan seperti singkong, gula aren yang berasal dari nira pohon aren dan jugaa tepung terigu yang berasal dari tanaman gandum. Bahkan bahan untuk membungkus timus ini  berasal dari daun pohon pisang dimana banyak sekali kita jumpai di hutan dan tidak perlu plastik untuk membungkus kue ini. Bahan-bahan yang sederhana dan proses membuat timus yang mudah menjadikan timus sebagai opsi makanan yang tepat untuk sekadar menemani hari-harimu. Apalagi jika timus langsung disantap saat masih hangat dan dipadukan dengan teh hangat, rasanya sangat nikmat sekali. Rasa manis dan  sedikit gurih menimbulkan cita rasa yang kaya ketika sudah dikunyah. Karena terbuat dari bahan baku singkong, timus ini termasuk makanan kaya karbohidrat sehingga dapat menjadi opsi yang tepat untuk pengganti nasi.


Makanan dari hutan lain yang menjadi kesukaan saya adalah kue kering sagu. Kue kering sagu sudah tidak asing bagi kita karena menjadi salah satu kue wajib waktu lebaran. Rasanya aneh sekali apabila kue kering sagu ini tidak tersaji bersama kue-kue lebaran lainnya. Kue kering sagu memiliki perpaduan rasa manis, gurih, dan teksturnya renyah tetapi lumer ketika masuk ke mulut. Bahan dasar kue kering sagu adalah tepung sagu yang berasal dari batang pohon sagu. Pohon sagu banyak dijumpai di Indonesia bagian timur khususnya Papua, Maluku, dan juga Sulawesi. Banyaknya pohon sagu yang berada di Indonesia bagian timur menjadikan sagu sebagai komoditas unggulan di sana. Sagu juga menjadi sumber karbohidrat. Kue kering sagu dapat divariasikan dengan bahan lain seperti keju, kelapa, coklat,, maupun jahe. Karena saya pecinta keju jadi kue sagu kering sagu keju menjadi andalan saya saat ini. Kue kering sagu dapat menjadi camilan menemani anda bekerja. Apabila anda ingin membuka bisnis kue maka kue kering sagu ini menjadi pilihan yang tepat karena bahan-bahannya mudah didapat serta kue kering sagu sudah terkenal di masyarakat.  

Banyak sekali yang masih dapat diolah menjadi pangan dari hutan kita. Dengan segala manfaat yang dapat diberikan oleh hutan bagi kehidupan maka dari itu sudah seharusnya kita ikut turut serta dalam menjaga kelestariannya. Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia merupakan salah satu bentuk bencana yang sangat merugikan negara sendiri maupun negara tetangga. Kerugian akibat kebakaran hutan dapat dilihat dari sisi kesehatan, ekologi, maupun ekonomi. Asap yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dapat mengganggu kesehatan manusia. Bukan hanya itu, tempat yang menjadi habitat bagi hewan-hewan disana menjadi terganggu sehingga menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem. Seperti yang dibahas diawal mengenai hutan sumber pangan, apabila keseimbangan ekosistem terjadi karena kebakaran hutan maka keberadaan pangan pun terganggu. Tidak ada lagi pohon-pohon yang menjadi bahan baku pangan nabati maupun hewan-hewan yang menjadi bahan baku makanan hewani. Faktor manusia turut andil dalam penyebab kebaran tersebut. Terdapat suatu organisasi lingkungan hidup yang keberadaannya sangat membantu yaitu WALHI. Dengan adanya WALHI maka diharapkan masyarakat menjadi lebih sadar dan melek akan keadaan lingkungan karena kita tidak hidup sendiri di dunia ini melainkan kita hidup berdampingan dengan alam. Memang sudah menjadi tugas kita untuk menjaga bumi pertiwi dengan segala kemampuan yang kita miliki.



1 komentar: