Pangan merupakan salah satu kebutuhan yang fundamental bagi
manusia untuk mempertahankan hidupnya. Pangan dapat berupa produk nabati maupun
hewani, Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah
pernah meraih predikat negara swasembada pangan pada tahun 1984 oleh FAO. Tidak
dapat dipungkiri kalau hutan adalah sumber pangan bagi kita. Di hutan banyak
sekali tersimpan kekayaan hayati yang dapat dijadikan sumber makanan. Sumber
pangan yang berasal dari hutan dapat berupa tanaman palawija, madu, buah-buahan
dan lain sebagainya. Sebagai negara yang menyandang predikat paru-paru dunia
karena hutan di Indonesia luas, kita turut bangga.
(sumber : https://sajiansedap.grid.id/ )
Hasil dari hutan dapat diolah menjadi berbagai macam makanan
baik menjadi makanan pokok atau sekadar makanan ringan. Walaupun banyak sekali
makanan kreasi yang muncul akhir-akhir ini, timus tetap menjadi makanan
kesukaan saya. Timus merupakan makanan tradisional yang berbahan baku singkong.
Di zaman sekarang, timus cukup sulit untuk ditemui di toko-toko kue maka dari
itu apabila kalian ingin mencobanya maka kalian harus membuat sendiri tetapi
jangan jhawatir karena proses membuatnya sangat mudah. Timus sendiri mempunyai
nama yang berbeda-beda di tiap daerah, contohnya saja di daerah Jawa, timus
dikenal dengan nama lemet. Bahan-bahan membuat timus dapat ditemukan di hutan
seperti singkong, gula aren yang berasal dari nira pohon aren dan jugaa tepung
terigu yang berasal dari tanaman gandum. Bahkan bahan untuk membungkus timus
ini berasal dari daun pohon pisang
dimana banyak sekali kita jumpai di hutan dan tidak perlu plastik untuk
membungkus kue ini. Bahan-bahan yang sederhana dan proses membuat timus yang
mudah menjadikan timus sebagai opsi makanan yang tepat untuk sekadar menemani
hari-harimu. Apalagi jika timus langsung disantap saat masih hangat dan
dipadukan dengan teh hangat, rasanya sangat nikmat sekali. Rasa manis dan sedikit gurih menimbulkan cita rasa yang kaya
ketika sudah dikunyah. Karena terbuat dari bahan baku singkong, timus ini
termasuk makanan kaya karbohidrat sehingga dapat menjadi opsi yang tepat untuk
pengganti nasi.
( sumber : https://www.cnnindonesia.com/ )
Makanan dari hutan lain yang menjadi kesukaan saya adalah
kue kering sagu. Kue kering sagu sudah tidak asing bagi kita karena menjadi
salah satu kue wajib waktu lebaran. Rasanya aneh sekali apabila kue kering sagu ini tidak tersaji bersama kue-kue lebaran lainnya. Kue kering sagu memiliki
perpaduan rasa manis, gurih, dan teksturnya renyah tetapi lumer ketika masuk ke
mulut. Bahan dasar kue kering sagu adalah tepung sagu yang berasal dari
batang pohon sagu. Pohon sagu banyak dijumpai di Indonesia bagian timur
khususnya Papua, Maluku, dan juga Sulawesi. Banyaknya pohon sagu yang berada di
Indonesia bagian timur menjadikan sagu sebagai komoditas unggulan di sana. Sagu
juga menjadi sumber karbohidrat. Kue kering sagu dapat divariasikan dengan
bahan lain seperti keju, kelapa, coklat,, maupun jahe. Karena saya pecinta keju
jadi kue sagu kering sagu keju menjadi andalan saya saat ini. Kue kering sagu dapat
menjadi camilan menemani anda bekerja. Apabila anda ingin membuka bisnis kue
maka kue kering sagu ini menjadi pilihan yang tepat karena bahan-bahannya mudah
didapat serta kue kering sagu sudah terkenal di masyarakat.
Banyak sekali yang masih dapat diolah menjadi pangan dari
hutan kita. Dengan segala manfaat yang dapat diberikan oleh hutan bagi kehidupan
maka dari itu sudah seharusnya kita ikut turut serta dalam menjaga
kelestariannya. Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia merupakan salah satu
bentuk bencana yang sangat merugikan negara sendiri maupun negara tetangga. Kerugian akibat kebakaran hutan dapat dilihat dari sisi kesehatan, ekologi, maupun ekonomi. Asap yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dapat mengganggu kesehatan manusia. Bukan hanya itu, tempat yang menjadi habitat bagi hewan-hewan disana menjadi terganggu sehingga menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem. Seperti yang dibahas diawal mengenai hutan sumber pangan, apabila keseimbangan ekosistem terjadi karena kebakaran hutan maka keberadaan pangan pun terganggu. Tidak ada lagi pohon-pohon yang menjadi bahan baku pangan nabati maupun hewan-hewan yang menjadi bahan baku makanan hewani. Faktor manusia turut andil dalam penyebab kebaran tersebut. Terdapat suatu
organisasi lingkungan hidup yang keberadaannya sangat membantu yaitu WALHI. Dengan
adanya WALHI maka diharapkan masyarakat menjadi lebih sadar dan melek akan
keadaan lingkungan karena kita tidak hidup sendiri di dunia ini melainkan kita
hidup berdampingan dengan alam. Memang sudah menjadi tugas kita untuk menjaga
bumi pertiwi dengan segala kemampuan yang kita miliki.